JAKARTA– Andi Arief, Komisaris PLN menyoroti pelayanan kesehatan dan pendidikan di India berdasarkan pengalamannya selama 2 bulan di India.
“Kesenjangan sosial di India juga lebar, tapi kesehatan dan pendidikannya terurus,” ujar Andi Arief dalam testimoni pengalamannya menjalankan transplantasi hati di New Delhi, India. Hal ini disampaikannya pada forum “Meet The Expert: Pediatric, Gastroenterology and Hepatology” yang diselenggarakan oleh RS Mayapada Indonesia dan RS Apollo India di RS Mayapada Lebak Bulus, Jakarta, Selasa (25 Maret 2025).
Forum ini menghadirkan Profesor Anupam Sibal, Chief Medical Director Apollo Hospitals Group, India, Duta Besar India buat Indonesia Sandeep Chakravorty dan jajaran pimpinan dan para ahli Pediatric, Gastroenterology dan Hepatology.
Menurut Andi Arief Indonesia perlu segera mengejar ketertinggal dibidang kesehatan dan pendidikan dengan belajar dari India.
Menurut Andi, dunia kedokteran sangat ilmiah. Data sama saja, tinggal bagaimana menganalisa data itu. Data hasil pemeriksaan di RS MMC, RS Pertamina dan NUH Singapura semuanya sama. Data ilmiah hasil pemeriksaan saya bisa digunakan dimana saja. Hanya saja apakah di rumah sakit itu ada dokternya atau tidak, ada ahlinya atau tidak, ada teknologinya atau tidak. “Itu saja. Jadi kita bisa belajar kemana saja, tapi kita tidak bisa berobat kemana saja. Kita tetap harus memilih tempat yang sangat tepat,” katanya.
Sebenarnya, jelas Andi, dirinya dan Dokter Iksan sudah bersiap operasi di RSCM. Karena menurut Andi kalau bisa lebih cepat, karena sudah merasa semakin sulit bertahan. Namun karena di NUH Singapura masih harus menunggu lama dan RSCM harus menunggu dokter dari Jepang, maka dirinya memutuskan ke RS Apollo New Delhi, India.
Memang harus diakui RS Apollo ini sudah cukup lama melaksanakan operasi transplan hati yang memiliki keberhasilan 97-98 persen dan sangat profesional.
“Kalau dulu kita menerima mahasiswa yang belajar dari Malaysia. Kalau sekarang Malaysia jadi tempat banyak orang Indonesia berobat. Banyak yang berobat ke Penang sekarang. Masanya buat kita sekarang banyak belajar ke India tentang liver transplan ini,” jelas Andi.
Kenyataannya memang begini. Andi membaca data pada 2021 ada 190.000 pasien penderita sirosis di Indonesia. “Kita gak tahu kabar mereka bagaimana. Karena yang saya jalanindan pahami, kalau sudah terkena sirosis hati maka harus transplantasi. Kalau tidak melakukan transplantasi hati pasti berakhir,” ujar Andi.
Mudah-mudahan, jelas Andi, Indonesia bisa mengejar. Karena dirinya yakin makin banyak orang-orang yang mengalami sirosis. Andi mengatakan, baru mengerti banyak yang muntah darah di desa-desa jangan-jangan terkena sirosis (karena kita belum bisa melakukan transplantasi hati). “Untuk itu kita perlu segera belajar agar bisa melakukan transplantasi hati di Indonesia. Mudahan pemerintah Indonesia bisa mendorong ini,” jelasnya.
Di India, kata Andi, dia lihat kemiskinan juga banyak. Ketimpangan cukup tinggi. Jumlah manusianya cukup besar 1,4 miliar. Tapi dunia pendidikan dan dunia kesehatannya sangat terurus. “Ini tantangan kita ke depan. Gak ada yang salah sebenarnya. Kita pasti masih bisa mengejar ketertinggalan-ketertinggalan itu,” kata Andi.
Andi berharap, Rumah Sakit Mayapada menjadi pionir. Banyak hal yang harus dilakukan sambil menyediakan dokter dan ahli yang nantinya bisa melakukan transplantasi, di sisi lain dokter-dokter India akan ada di RS Mayapada Batam, dokter Indonesia bisa bergabung. “Kita akan terus berkembang, butuh waktu buat kita agar dokter India dan Indonesia bisa memajukan operasi liver transplantasi di Indonesia ini,” jelas Andi.
Andi mengatakan, dirinya berkomitmen ikut campur membantu memajukan dunia kesehatan Indonesia. Khususnya bagi masyarakat yang terkena sirosis dan membutuhkan transplantasi hati.
Mayapada Apollo Kolaborasi
Sementara itu, Mayapada Healthcare (PT Sejahteraraya Anugrahjaya Tbk) memperkuat kolaborasi klinis bersama Apollo Hospitals India dengan fokus pada penguatan penanganan kasus kompleks dengan prosedur advanced dan integrasi layanan unggulan.
Kolaborasi ini ditandai dengan penandatanganan Clinical Collaboration Agreement oleh Chairman & Group CEO Mayapada Healthcare, Jonathan Tahir, dan Group Medical Director Apollo Hospital Group, Prof Anupam Sibal, MBBS, MD, FIAP, FIMSA, FRCP(London), FRCP(Glasgow), FRCPCH, and FAAP di Mayapada Tower Jakarta Selatan (24/3/2025).
Kesepakatan ini dibangun berdasarkan MoU kerja sama kedua pihak yang diresmikan pada awal tahun 28 Januari 2025, di New Delhi, India.
Clinical Collaboration Agreement ini bertujuan untuk bersinergi dengan keahlian klinis Apollo Hospitals yang luas dalam menyediakan perawatan medis berstandar global, dengan mengintegrasikan kemajuan teknologi mutakhir serta memastikan clinical outcome yang presisi dan optimal di berbagai disiplin medis yang kompleks.
Kesepakatan ini juga bertujuan untuk memanfaatkan metodologi inovatif dan alat canggih, termasuk sistem berbasis robot, teknik minimal invasif, dan teknologi pencitraan mutakhir, untuk menangani kondisi medis yang kompleks dengan akurat dan efisien.
Hal ini akan meningkatkan kemampuan Mayapada Healthcare dalam menangani kasus-kasus kompleks dan berisiko tinggi di berbagai disiplin ilmu, termasuk onkologi, kardiologi, neurologi, dan spesialisasi lainnya. Secara khusus, Mayapada Healthcare akan berfokus pada peningkatan transfer pengetahuan di bidang bedah robotik, transplantasi, dan prosedur minimal invasif, sehingga tenaga medis dapat mengadopsi praktik medis canggih yang berbasis bukti (advanced, evidence-based medical practices).
Sebagai bagian dari kolaborasi ini, Mayapada Healthcare menghadirkan berbagai program pengembangan keahlian yang dirancang untuk meningkatkan kompetensi dokter, perawat, dan tenaga kesehatan lainnya.
Mayapada Healthcare akan menerapkan Proctorship Program yang menyediakan pendampingan langsung dalam melakukan prosedur kompleks.
Kolaborasi ini juga mencakup penyelenggaraan Continuing Medical Education (CME) untuk memastikan tenaga medis selalu mengikuti perkembangan terbaru dalam praktik klinis sesuai standar global dan mampu menerapkan international best practices.
Selain itu, program pelatihan intensif di India juga akan disediakan, yang memungkinkan dokter, perawat, dan tenaga kesehatan Mayapada Hospital mendapatkan pengalaman langsung dalam menangani prosedur medis canggih yang tersedia saat ini.
Jonathan Tahir – Chairman & Group CEO Mayapada Healthcare menegaskan, Proctorship program, CME, dan program pengembangan keahlian lainnya adalah wujud dari kolaborasi klinis yang semakin terarah dan mendalam bersama Apollo Hospitals. Kerja sama ini tidak hanya memberikan manfaat strategis bagi Mayapada Hospital dan Apollo Hospitals sebagai institusi, tetapi juga berkontribusi langsung pada pengembangan profesional individu dokter, perawat, dan tenaga kesehatan di bawah naungan Mayapada Healthcare.
Jonathan optimis kolaborasi ini akan berdampak signifikan bagi penanganan kasus medis kompleks dan peningkatan standar layanan kesehatan di Indonesia.
Prof. Anupam Sibal – Group Medical Director Apollo Hospitals Group mengatakan, kolaborasi ini menjadi kesempatan berharga untuk kami bisa berbagi keahlian bersama para tenaga medis ahli di Indonesia dalam melakukan prosedur medis canggih. “Melalui kemitraan ini, kami mendukung praktik standar medis berbasis bukti yang bertaraf internasional di berbagai bidang seperti onkologi, transplantasi, bedah robotik, dan lainnya,” katanya.
Prof. Anupam menjelaskan, pihaknya bertujuan memperkuat tenaga medis Indonesia dalam menghadapi tantangan klinis yang semakin kompleks serta meningkatkan kualitas perawatan pasien di seluruh negeri.(den)